WELCOME TO TINA DATE

Rabu, 01 Agustus 2012

Remaja dengan Skizofrenia

          Gangguan jiwa jenis Skizofrenia yg terjadi pada masa remaja memang merupakan kasus gangguan jiwa yang cukup serius.  Keseriusan ini terjadi oleh karena, gangguan ini bersifat kronis, dan progresif artinya berlangsung lama, pelan-pelan dan menuju kehancuran kualitas hidup.
         Ada 2 sasaran utama dalam pengelolaannya, yaitu intervensi medik dan intervensi psikososial.  Intervensi medik adalah memberikan obat yang paling cocok untuk mengendalikan penyakitnya, walaupun harus seumur hidup,
         Setiap obat memang selalu mempunyai efek samping, tetapi hal ini bisa disiasati, dengan dokter selalu memeriksa secara teratur akan timbulnya efek samping tersebut.  Bila mulai ada tanda-tanda efek samping obat, sejak awal harus sudah diantisipasi, baik dengan cara mengganti dengan jenis obat , atau dengan mengobati efek sampingnya. Oleh sebab itu pada  setiap pasien kontrol, dokter akan memeriksa kondisi jiwa dan fisiknya saat itu dan masalah yang sedang dihadapi pasien dan keluarganya saat itu.
Intervensi psikososial adalah dengan cara memberikan solusi akan masalah-masalah yang dihadapi oleh pasien dan keluarganya, misalnya menghadapi ujian, kesulitan keluarga dalam mengatur pasien dan sebagainya.

3 Masalah Utama

          Ada 3 masalah utama yang menjadi penyulit dalam pengelolaan remaja dengan skizofrenia, yaitu: terganggunya perkembangan jiwa, mudahnya kambuh dan kualitas hidup yang selalu terancam untuk menurun. Pada dasarnya remaja adalah individu yang sedang berkembang jiwanya dan belum mencapai titik optimal.  Secara teoritik, perkembangan jiwa dianggap sempurna bila sudah mencapai usia 18 tahun.
Maka bisa dipahami, mengapa proses perkembangan jiwa remaja terganggu.  Gangguan perkembangan ini akan menyeluruh meliputi semua aspek perkembangan.
          Sementara aspek perkembangan jiwa remaja yang bisa mengalami gangguan antara lain: penalaran, emosi, sosialisasi, komunikasi, perilaku seksual, psikoseksual, moral, spiritual, dan sebagainya.
Seringnya timbul kambuh, juga terjadi oleh karena kondisi jiwa remaja masih rapuh, baik secara alamiah maupun akibat gangguannya. Sementara stressor yang terjadi pada remaja cukup kompleks, misalnya masalah studi, hobi, hubungan dengan teman sebaya termasuk pacaran dan sebagainya..
Hasil akhir dari semua itu adalah bagaimana kualitas hidup remaja itu sendiri.  Kualitas hidup ini bisa dinilai dari banyak aspek yang cukup kompleks, antara lain:
  1. Keberhasilan dalam studi
  2. Luasnya dalam sosialisasi dan kemampuan dalam mempertahankannya
  3. Kemampuan dalam merawat diri sendiri dan barang-barang pribadinya
  4. Efektivitas penggunaan waktu luang diluar tidur
  5. Dukungan keluarga dalam mempertahankan kelangsungan pengobatan
  6. Kegiatan keagamaan yang dijalankan
  7. Perencanaan kehidupan yang realistik dengan mendasarkan pada kondisi dan kemampuan yang ada
  8. Keseimbangan antara harapan dan kenyataan yang didapat baik oleh pasien maupun keluarganya
         Semua upaya baik yang dilakukan oleh dokter, pasien dan keluarga, diharapkan akan mampu mengendalikan gejala yang timbul akiat penyakitnya, mencegah timbulnya kekambuhan dan mempertahankan kualitas hidup pasien secara optimal.

Tidak ada komentar: