WELCOME TO TINA DATE

Sabtu, 27 Agustus 2011

RHEUMATOID ATRITIS


A.    DEFINISI
Rematoid atritis adalah penyakit inflamasi progresif sistemik dan kronik yang sering terjadi pada wanita dengan perbandingan 3:1 lebih banyak dari pada laki-laki yang menyerang pada usia 15-35 th/ 40 th.
(Depkes RI, 1995)
Rematoid atritis adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poli atritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
(Mansjoer,1999 )
Rematoid atritis adalah penyakit inflamasi kronik yang menyebabkan degenerasi jaringan ikat.
(Corwin,2000: 307)
Rematoid atritis adalah penyakit inflamasi sistemik kronik yang belum diketahui penyebabnya, dikarakteristiknya oleh kerusakan dan inflamasi membrane sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis (keterbatasan gerak sendi karena kelainan pada unsure tulang, deformitas)
(Medical n,team. 2006)
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya
Rematoid Atritis adalah penyakit radang sendi yang disebabkan oleh auto immun. Auto immun itu adalah proses dimana sel-sel immun si penderita menyerang tubuhnya sendiri. Kalau misalnya sudah bertahun-tahun, persendiannya menjadi kaku, tidak bisa digerakkan dan akhirnya lumpuh,"

B.     ETIOLOGI
Faktor pencetus adalah bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi secara antigenis. Rematoid atritis diperkirakan terjadi akrena predisposisi genetic terhadap penyakit autoimun wanita lebih sering dari pada laki-laki.
(Corwin, 2000: 308)
Hingga rematoid atritis belum diketahui tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa rematoid atritis dipengaruhi oleh factor-faktor antara lain:
1.       Mekanisme imun (antigen antibody) seperti interaksi Ig G dari immunoglobulin dengan rematoid atritis factor.
2.       Gangguan metabolisme
3.       Genetic
4.       Infeksi dengan kecenderungan virus (rubella, parpovirus, hepatitis B) bakteri,jamur, parasit.
(Medical Nursing Team, 2006)

C.    MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis utama AR adalah poliartritis yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada rawan sendi dan tulang disekitarnya. Kerusakan ini terutama mengenai sendi perifer pada tangan dan kaki yang umum nya bersifat simetris. Pada kasus AR yang jelas diag-nosis tidak begitu sulit untuk ditegakkan. Akan tetapi pada masa permulaan penyakit, seringkali gejala AR tidak bermanifestasi dengan jelas, sehingga kadang kadang timbul kesulitan dalam menegakkan diagnosis. Walaupun demikian dalam menghadapi AR yang pada umumnya berlangsung kronis ini, seorang dokter tidak perlu terlalu cepat untuk menegakkan diagnosis yang pasti. Adalah lebih baik untuk menunda diagnosis AR selama beberapa bulan dari pada gagal mendiagnosis terdapatnya jenis artritis lain yang seringkali memberi-kan gejala yang serupa5. Pada penderita harus diberi tahukan bahwa semakin lama diagnosis AR tidak dapat ditegakkan dengan pasti oleh seorang dokter yang berpengalaman, umumnya akan semakin baik pula prognosis AR yang dideritanya.
Gejala lain AR adalah:
1.      Kaku pagi hari
2.      Artritis pada 3 daerah persendian atau lebih
3.      Artritis pada persendian tangan
4.      Artritis simetris
5.      Nodul reumatoid
6.      Faktor reumatoid serum positif
7.      Perubahan gambaran radiologis

D.    PATOFISILOGI
Inflamasi mulai mengenai sendi sinovial disertai edema kongesti vaskuler.peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi hipertropi dan menebal terutama pada sendi atrikular kartilago dari sendi. Pada persendian yang meradang sinovium yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus (penutup melubangi kartilago) panus dapat menyebabkan radang. kemudian panus menyebar dan masuk ketulang mikondria.panus dapat menyebar keseluruh sendi yang merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut. Peradangan pada sendi menimbulkan gangguan nutrisi pada kartilago sehingga kartilago menjadi nekrosis. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi karena jaringan tulang fibrosa/ tulang bersatu (ankilosis).kerusakan kartilago dan tulang m,enyebabkan tendon dan ligamen menjadi lemah dan menimbulkan subluksasi/ dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang subkondrial bias menyebabkan osteoporosis setempat.

E.     PENATALAKSANAN
Walaupun hingga kini belum berhasil didapatkan suatu cara pencegahan dan pengobatan AR yang sempurna, saat ini pengobatan pada penderita AR ditujukan untuk:
1.       Menghilangkan gejala inflamasi aktif baik lokal maupun sistemik
2.       Mencegah terjadinya destruksi jaringan
3.       Mencegah terjadinya deformitas dan memelihara fungsi persendian agar tetap dalam keadaan baik.
4.       Mengembalikan kelainan fungsi organ dan persen dian yang terlibat agar sedapat mungkin menjadi normal kembali.
Dalam pengobatan AR umumnya selalu dibutuh kan pendekatan multidisipliner. Suatu team yang idealnya terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasional, pekerja sosial, ahli farmasi, ahli gizi dan ahli psikologi, semuanya memiliki peranan masing masing dalam pengelolaan penderita AR baik dalam bidang edukasi maupun penatalaksanaan pengobatan penyakit ini. Pertemuan berkala yang teratur antara penderita dan keluarganya dengan team pengobatan ini umumnya akan memungkinkan penatalaksanaan penderita menjadi lebih baik dan juga akan meningkatkan kepatuhan penderita untuk berobat.

Tidak ada komentar: