WELCOME TO TINA DATE

Minggu, 30 Agustus 2009

AUTIS

A. Pengertian
Ada beberapa pendapat mengenai autism. Pendapat tersebut dapat di lihat dari:
Autisme berasal dari kata “autos”yang artinya segala sesuatu yang mengarah pada dirinya sendiri.
(Media Sehat, Juli 2006 : 7)

Autisme berarti preokupasi terhadap pikiran dan khayalan atu realita kehidupan sehari-hari.
(Kamus Psikologi Umum : 2511)

Autisme adalah suatu kelainan pada anak-anak yang ditandai oleh keterampilan social yang buruk, kesulitan komunikasi, perkembangan bahasa yang buruk, fantasi, isolasi dan penarikan diri.
(Christine Brooker edisi 31)

Atisme adalah gangguan perkembangan dari fungsi serebral,khususnya yang mengatur kemampuan interaksi social dan gangguan komunikasi.
(Dr.st.Dion Santoso, SpRm.)

B. Diagnosa Dini Autisme
Pada bayi yang terkena gangguan ini tidak akan merespon walau sudah dirangsang oleh sekitarnya. Pada anak yang lebih besar gangguan ini akan lebih jelas terlihat seperti :
a. Gangguan komunikasi verbal maupun non verbal, yang dapat berupa terlambatnya berbicara atau menggunakan “bahasa planet”, kata-katanya susah dimengerti, ekspresinya datar.
b. Gangguan interaksi social. Berupa gejala menghindari tatapan mata, tidak menoleh jika dipanggil, tidak suka dipeluk.
c. Gangguan Perilaku. Yang berupa tatapan mata kosong, sering memukul kepalanya sendiri, bengong, dapat terlihat hiperaktif.
d. Gangguan pada Bidang Perasaan atau Emosi. Berupa marah bila keinginannya tidak terpenuhi, kurang empati.
e. Gangguan dalam Bidang Persepsi Sensori. Seperti mencium-cium dan menggigit mainannya sendiri, bila mendengar sesuatu tertentu langsung menutup telinga, mencium/menggigit mainannya sendiri.

C. Penyebab dan Akibat
Autisme tidak disebabkan factor psikologis melainkan disebabkan oleh gangguan multifactor seperti factor genetic, metabolic, dll. Tapi penyebab yang pasti hingga kini belum diketahui. Bahkan teori saat ini menyatakan bahwa gangguan autisme ini mempunyai dasar kelainan organic di otak yang di cetuskan oleh berbagai factor seperti factor genetic, gangguan metabolic, imunologi dan lingkungan.
Akibat gangguan multifactor anak penyandang autisme menjadi :
1. Lebih suka bermain dengan dirinya sendiri atau mainanya saja.
2. Tidak bisa membagi kesenangan atau kesedihan dengan orang lain.
3. Tidak menoleh jika dipanggil
4. Suka memukul-mukul kepalanya sendiri
5. Kurang empati, simpati dan toleransi.
6. Menghindari tatapan mata
7. Tidak menyukai rabaan dan pelukan
8. Jika inginkan sesuatu dia akan menarik tangan orang lain yang ada di sekitarnya.
9. Bila mendengar suara tertentu langsung menutup telinga.
10. Kadang terlihat bengong sekali, tatapan mata kosong.

D. Ciri-ciri penyandang autisme
Dilihat dari Berat atau Ringan tingkat kelainannya dapat disimpulkan bahwa tingkat kelainannya yang paling ringan adalah kelainan perilaku yang umumnya disandang oleh anak autisme. Karena secara jasat mata keadaan pertumbuhan fisik dapat dikatakan normal. Kelainan perilaku seperti suka menyendiri, selalu menghindari tatapan mata dan terkesan sangat aktif sehingga suka menyentuh/memegang yang ada disekitarnya.
Kelainan yang tergolong Berat adalah anak tersebut mengalami pertumbuhan fisik yang serius seperti mengalami kekuatan otot kaki/tangan, kelemasan otot kaki/tangan, sehingga tidak dapat menggerakan kedua kaki dan tangannya. Kelainan fisik lainnya juga terlihat pada tampilan raut muka seperti terlihat pada penyandang syndrome Down.

E. Terapi dan Rehabilitasi Dini
Tindak terapeutik penyandang autisme kegiatan utamanya yaitu tindak perawatan yang berupaya memulihkan kenormalan fungsi organ tubuh yang mengalami kelainan sehingga dapat mengembangkan kemampuan anak untuk mandiri. Adapun tujuan umumnya adalah meningkatkan kemampuan bahasa dan interaksi social, mengurangi masalah perilaku, juga memberi dukungan pada orangtua atau keluarganya dalam penyesuaian dengan kondisi anak dan dalam mengupayakan pendidikan anak dan meningkatkan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari terutama dalam perawatan dini.
Modal terapi autisme meliputi terapi medika mentosa (obat-obatan), terapi psikologik, terapi wicara, terapi okupasi, fisioterapi, terapi sensori integrasi dan terapi dietetic (nutrisi)

F. Program Perawatan dan Pengrehabilitasi Dini.
Untuk meningkatkan efektifitas pengentasan kelainan pertumbuhan anak, upaya perawatan remedial difokuskan pada bayi autisme usia 6-8 bulan. Keberhasilan program ini, karena usia dan sifat kelainan, sangat membutuhkan dukungan, bantuan dan peran serta orang tua dalam proses perawatan remedial ini. Peran aktif orang tua akan memudahkan perawatan dan pentembuhan yang intensif karena dapat bertindak selaku pengamat dan penilai atas efektifitas metode penyembuhan yang dijalankan secara berlanjut.
Secara sistematis tindakan rehabilitas dapat dibagi beberapa tahapan yaitu:
1. Rehabilitasi Dasar (Basic atau Physical Rehabilitation)
Diprogramkan untuk menormalisasikan damapk umum dari gagal fungsional suatu organ tubuh.
2. Rehabillitasi Fungsional (Functional Rehabilitation)
Tindakan ini merupakan kelanjutan dari rangkaian tindakan rehabilitasi sebelumnya. Tindakan pemlihan akan terfokus pada dampak kelainan rasional suatu organ terhadap organ tubuh lainnya, termasuk fungsi kelenjar dan hormone terkait.
3. Rehabilitasi Perilaku (Behavioral Rehabilitation)
Rehabilitasi ini mengutamakan keselarasan fungsional organ tubuh dengan mental emosional dan tingkat kecerdasan anak. Pada tahap ini diupayakan agar dapat mengembangkan kepribadiannya secara utuh dan selaras.

Tidak ada komentar: